Bandang-Bandang.com, Berbagi Kisah:
Sebagian dari kita
mungkin sudah pernah membaca cerita ini tapi apa salahnya saya
muat kembali di pages
ini buat saudara-saudara kita yang belum pernah membaca cerita ini
dan sebagai bahan
review buat yang sudah pernah membaca. Semoga bermanfaat………
Suatu masa dahulu,
terdapat sebatang pohon apel yang amat besar.Seorang kanak kanak
lelaki begitu gemar
bermain-main di sekitar pohon apel ini setiap hari. Dia memanjat
pohon tersebut,
memetik serta memakan apel sepuas-puas hatinya, dan adakalanya dia
beristirahat lalu
terlelap di perdu pohon apel tersebut. Anak lelaki tersebut begitu menyayangi
tempat permainannya.
Pohon apel itu juga
menyukai anak tersebut. Masa berlalu… anak lelaki itu sudah
besar dan menjadi
seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskan masanya setiap hari bermain
di sekitar pohon apel
tersebut. Namun begitu, suatu hari dia datang kepada pohon apel
tersebut dengan wajah
yang sedih.
“Marilah
bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.
“Aku
bukan lagi kanak-kanak, aku tidak lagi gemar bermain dengan engkau,” jawab remaja
itu.
“Aku
mau permainan. Aku perlu uang untuk membelinya,”
tambah remaja itu dengan nada
yang sedih.
Lalu pohon apel itu
berkata, “Kalau begitu, petiklah apel-apel
yang ada padaku.
Juallah untuk
mendapatkan uang. Dengan itu, kau dapat membeli permainan yang
kauinginkan.”
Remaja itu dengan
gembiranya memetik semua apel di pohon itu dan pergi dari situ.
Dia tidak kembali lagi
selepas itu. Pohon apel itu merasa sedih.
Masa berlalu…
Suatu hari, remaja itu
kembali. Dia semakin dewasa. Pohon apel itu merasa gembira.
“Marilah
bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.
“Aku
tiada waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerja untuk mendapatkan uang. Aku
ingin
membina rumah sebagai
tempat perlindungan untuk keluargaku. Bisakah kau menolongku?”
Tanya anak itu.
“Maafkan
aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kau boleh memotong dahan-dahanku
yang besar ini dan kau
buatlah rumah daripadanya.” Pohon apel itu
memberikan cadangan.
Lalu, remaja yang
semakin dewasa itu memotong ke semua dahan pohon apel itu dan pergi
dengan gembiranya.
Pohon apel itu pun turut gembira tetapi kemudiannya merasa sedih
karena remaja itu
tidak kembali lagi selepas itu.
33
Suatu hari yang panas,
seorang lelaki datang menemui pohon apel itu. Dia sebenarnya
adalah anak lelaki
yang pernah bermain-main dengan pohon apel itu. Dia telah matang dan
dewasa.
“Marilah
bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.
“Maafkan
aku, tetapi aku bukan lagi anak lelaki yang suka bermain-main di sekitarmu. Aku
sudah dewasa. Aku
mempunyai cita-cita untuk belayar. Malangnya, aku tidak mempunyai
perahu. Bolehkah kau
menolongku?” Tanya lelaki itu.
“Aku
tidak mempunyai perahu untuk diberikan kepada kau. Tetapi kau boleh memotong
batang pohon ini untuk
dijadikan perahu. Kau akan dapat belayar dengan gembira,” kata
pohon apel itu.
Lelaki itu merasa amat
gembira dan menebang batang pohon apel itu. Dia kemudian
pergi dari situ dengan
gembiranya dan tidak kembali lagi selepas itu.
Namun begitu, pada
suatu hari, seorang lelaki yang semakin di mamah usia, datang
menuju pohon apel itu.
Dia adalah anak lelaki yang pernah bermain di sekitar pohon apel itu.
“Maafkan
aku. Aku tidak ada apa-apa lagi untuk diberikan kepada kau. Aku sudah
memberikan buahku
untuk kau jual, dahanku untuk kau buat rumah, batangku untuk kau buat
perahu. Aku hanya ada
tunggul dengan akar yang hampir mati…” kata pohon apel itu
dengan
nada pilu.
“Aku
tidak mahu apelmu karena aku sudah tiada bergigi untuk memakannya, aku tidak
mahu
dahanmu kerana aku
sudah tua untuk memotongnya, aku tidak mahu batang pohonmu kerana
aku tidak berupaya
untuk belayar lagi, aku merasa lelah dan ingin istirahat,” jawab lelaki tua
itu.
“Jika
begitu, istirahatlah di perduku,” kata pohon apel itu.
Lalu lelaki tua itu duduk
beristirahat di perdu
pohon apel itu dan beristirahat. Mereka berdua menangis kegembiraan.
Tahukah kamu.
Sebenarnya, pohon apel yang dimaksudkan di dalam cerita itu adalah
kedua-dua ibu bapak
kita. Saat kita masih muda, kita suka bermain dengan mereka. Ketika
kita meningkat remaja,
kita perlukan bantuan mereka untuk meneruskan hidup. Kita
tinggalkan mereka, dan
hanya kembali meminta pertolongan apabila kita di dalam kesusahan.
Namun begitu, mereka
tetap menolong kita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia dan
gembira dalam hidup.
Anda mungkin terfikir bahwa anak lelaki itu bersikap kejam terhadap
pohon apel itu, tetapi
fikirkanlah, itu hakikatnya bagaimana kebanyakan anak-anak masa kini
melayani ibu bapak
mereka.
Hargailah jasa ibu
bapak kepada kita. Jangan hanya kita menghargai mereka semasa
menyambut hari ibu dan
hari bapak setiap tahun.
***
Allah SWT berfirman :
“Kami perintahkan kepada manusia supaya
berbuat baik kepada dua orang ibu
bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah
payah, dan melahirkannya dengan
susah payah (pula). Mengandungnya sampai
menyapihnya adalah tiga puluh bulan,
sehingga apabila dia telah dewasa dan
umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a:
“Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri
ni’mat Engkau yang telah Engkau
berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan
supaya aku dapat berbuat amal yang
saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan
kepadaku dengan (memberi kebaikan)
kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku
bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya
aku termasuk orang-orang yang berserah diri”
[Q.S 46:15]
Belum ada kata
terlambat untuk kembali berbakti kepada kedua orang tua kita biarpun
mereka sudah tidak ada
di dunia fana ini….MARI
Author :
PercikanIman.org
Shared By Kisah Penuh
Hikmah
http://virouz007.wordpress.com/
0 komentar:
Posting Komentar